Kedua biji mataku seperti mencari arti dari gerak jarum detiknya yang merayapi angka-angkanya
Seperti bermain anagram atau permainan analogi lainnya yang
belum bisa kupecahkan
Hingga kegusaranku terjawab karena seorang sahabat di
sampingku dengan penuh rasa yakin menebak gelisahku dengan sebaris kalimat
yang telah kuketahui dari lima belas tahun yang lalu, namun begitu sulit untuk terekam di kepala hingga tak bisa ku jadikan sebagai hukum dasar hidup.
Keindahan itu tak mau pergi,
dia begitu jelas bermain di dalam kepalaku,..
layaknya tuan tanah yang sombong,
yang begitu yakin tak akan terusir dari semua miliknya,
begitu juga dengan keturunannya yang pasti terjamin kesejahteraannya,
bagai mengenggam surat sakti dari SANG PEMILIK WAKTU DAN TAKDIR
dia begitu jelas bermain di dalam kepalaku,..
layaknya tuan tanah yang sombong,
yang begitu yakin tak akan terusir dari semua miliknya,
begitu juga dengan keturunannya yang pasti terjamin kesejahteraannya,
bagai mengenggam surat sakti dari SANG PEMILIK WAKTU DAN TAKDIR
Aku mencintainya dan sangat merindukannya hujan yang terdengar
malam ini nadanya teramat pilu
Walau telah seribu kali kudengar kalimat yang keluar dari
mulut orang-orang yang kusayangi
Bahwasanya hatiku terlalu bagus untuknya, mencintainya berarti
menghadirkan penderitaan batin bagiku
yaa bahagiaku
dalam semenit,.. tapi… kegelisahan yang menemani hingga pagi tiba.
Kurasakan dia begitu bangga ketika ku gambarkan
cemburuku,..tapi ketahuilah bahwa bukan hanya emosi saja yang kusertakan tapi nafsu begitu kuat terikutkan,
aku membencinya... yaa kenangan itu(from song "datang dan pergi" -mathsoul-)
-mathsouldepoemer-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar